Oleh: Thoriq TriPrabowo
Bagi bangsa yang ingin maju dan unggul dalam persaingan global,
pendidikan merupakan kunci utamanya. Pendidikan adalah tugas negara yang paling
penting dan sangat strategis. Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan
prasyarat dasar bagi terbentuknya peradaban yang baik. Sebaliknya sumberdaya
manusia yang buruk, akan secara pasti melahirkan masyarakat yang buruk pula.
Untuk memperoleh sumberdaya manusia yang baik tidak bisa lahir begitu saja,
namun perlu dilakukan pendidikan sejak sedini mungkin. Baik pendidikan formal
maupun non formal. Sekolah adalah salah satu tempat untuk memperolehnya.
Disinilah peran guru dalam mencetak kaum-kaum intelektual. Guru seyogianya
meneladani tokoh pendidikan bangsa Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara.
Tanggal 2 Mei yang merupakan hari kelahiran Ki Hajar Dewantara yang kini
diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Beliau dikenal sebagai bapak
pendidikan nasional karena kontribusinya semasa hidupnya sangat besar terhadap
pendidikan di Indonesia. Dengan sebuah ajarannya yang sangat termasyur yaitu tut
wuri handayani yang berarti dari belakang seorang guru harus bisa
memberikan dorongan dan arahan. ing
madya mangun karsa berarti di tengah atau di antara murid, guru harus
menciptakan prakarsa dan ide, dan ing ngarsa sung tulada berarti di
depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik.
Semboyan di atas
mengajarkan bahwa seorang guru tidak hanya bertugas untuk mengajar saja, tetapi
harus bisa mendukung dan mengarahkan muridnya untuk selalu berbuat kebaikan dan
kebenaran tidak hanya di dalam kelas, tetapi dimanapun tempatnya. Guru tentunya
harus kreatif dan terus berinovasi untuk lebih meningkatkan kemajuan pendidikan
bangsa. Dengan ide-ide pengajaran yang bagus tentunya akan menjadikan murid
lebih senang belajar dan tentunya akan lebih mudah dalam pemahamannya. Tidak
hanya di bidang akademik, seorang guru harus bisa dijadikan teladan para
muridnya, bauk di kelas atau di luar kelas seorang guru hendaknya memberi
contoh bagaimana bertingkah laku yang baik. Dalam artian seorang guru tidak
hanya memiliki kompetensi mengajar yang baik, tetapi juga memiliki etika yang
baik juga.
UNESCO dengan komisi
Edgar faure telah berhasil meletakan asas pendidikan yang fundamental dan
berlaku untuk penyelenggaraan pendidikan, yakni asas pendidikan seumur hidup /
Long Life Education. Sebagai dampak timbulnya asas pendidikan ini, maka dikenalkanlah
berbagai bentuk penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dan yang diarahkan bagi
pendidikan murid. Meskipun berbeda konsep dengan pendidikan luar sekolah, namun
sedikit banyak tentunya ini berkaitan dengan itu. Bahwa tidak hanya di dalam
kelas atau lingkup sekolah saja murid harus belajar, namun juga di luar mereka
bisa mendapatkan ilmu. Terlebih di
masyarakat teryata tersebar berbagai sumber belajar yang tidak terbilang
banyaknya dan sumber belajar demikian dapat bersifat makhluk hidup maupun
benda-benda mati,
orang-oang yang ahli, orang-orang yang pintar, orang-orang yang terampil penuh pengalaman merupakan sumber belajar yang bersifat manusiawi. Banyak juga benda yang bisa digunakan untuk menunjang pendidikan murid seperti kepustakaan desa, koran, majalah, kaset, film, dan bengkel kerja yang ada, merupakan sumber belajar yang bisa memperoleh ilham untuk menemukan kebutuhan yang berguna bagi murid. Namun kenyataan yang ada seorang guru hanya bertanggung jawab atas prestasi akademik murid di kelas saja, tanpa memperhatikan pembelajaran murid di luar kelas. Hal itu terjadi karena kesadaran dan kepedulian yang kurang terhadap pendidikan sang murid.
orang-oang yang ahli, orang-orang yang pintar, orang-orang yang terampil penuh pengalaman merupakan sumber belajar yang bersifat manusiawi. Banyak juga benda yang bisa digunakan untuk menunjang pendidikan murid seperti kepustakaan desa, koran, majalah, kaset, film, dan bengkel kerja yang ada, merupakan sumber belajar yang bisa memperoleh ilham untuk menemukan kebutuhan yang berguna bagi murid. Namun kenyataan yang ada seorang guru hanya bertanggung jawab atas prestasi akademik murid di kelas saja, tanpa memperhatikan pembelajaran murid di luar kelas. Hal itu terjadi karena kesadaran dan kepedulian yang kurang terhadap pendidikan sang murid.
Seperti yang Ki Hajar Dewantara katakana ing madya mangun karsa yang berarti seorang guru harus mempunyai
kratifitas, mempunyai ide atau gagasan yang inovatif untuk memajukan pendidikan
di bangsa ini. Tidak hanya kreatif dalam mengajar di kelas melainkan kreatif
dalam menggerakkan murid untuk terus belajar di rumah atau dimanapun tempatnya.
Dengan memanfaatkan fasilitas yang seadanya pun mereka bisa menjadi cerdas.
Jika mental pendidik bangsa seperti Ki Hajar Dewantara yang begitu ulet dalam
menyuarakan dan menggerakkan betapa pentingnya pendidikan bagi bangsa, tentunya
bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar