Senin, 03 Desember 2012

Retorika Komedi Tingkatkan Efektifitas Belajar



Stand up comedy merupakan sebuah genre komedi yang sedang mendapat perhatian besar masyarakat Indonesia. Comic adalah julukan untuk pelaku stand up comedy. Berdiri seorang diri dengan membawakan cerita lucu untuk membuat penontonnya tertawa terbahak-bahak, begitulah gambaran singkatnya. Penerapannya dalam dunia pendidikan akan memberikan suatu kesegaran baru bagi yang terlibat di dalamnya.
Lalu bagaimana implementasi genre komedi tersebut untuk meningkatkan efektifitas belajar?
Kegiatan belajar mengajar tak pernah terpisah dari kegiatan berkomunikasi. Entah komunikasi satu arah, dari pengajar ke peserta didik, atau komunikasi dua arah yang melibatkan keduanya. Dan keduanya tidak mudah, tanpa keahlian tertentu dan kerjasama yang baik diantara keduanya.
Banyak sekali metode belajar menurut teori pengajaran, namun semua kembali kepada keadaan, baik keadaan pengajar atau pun peserta didiknya. Pengajar berperan penting dalam hal ini untuk menganalisis keadaan peserta didiknya. Terutama mahasiswa yang orientasi belajarnya adalah pemahaman dan aplikasi ke dalam dunia nyata. Maka dari itu materi kuliah yang disampaikan dosen seyogianya bisa dipahami dengan baik.
Penguasaan materi merupakan syarat mutlak bagi pengajar mengajar. Namun penyampaian materi tetap kembali kepada skill berkomunikasi pengajarnya. Pengembangan retorika sangat diperlukan untuk menetralisir kejenuhan mahasiswa. Salah satu metodenya adalah dengan menyelipkan intermezzo di sela-sela materi kuliah.

Perpustakaan Sekolah Wajib Hukumnya


Keberhasilan pembelajaran tidak hanya bertumpu dari intelegenitas siswa. Tetapi salah satunya yang berperan adalah sekolah. Yaitu sekolah yang menyediakan segala sarana untuk menunjang terselanggaranya pembelajaran. Sekolah yang mau menyisihkan sebagian dari anggarannya untuk keperluan perbaikan atau pengadaan sarana belajar yang paling vital, yaitu perpustakaan.
Perpustakaan harus menyediakan semua informasi yang dibutuhkan pemustakanya, terutama pemustaka di komunitas perpustakaan itu berdiri. Jika perpustakaan sekolah, maka perpustakaan harus menyediakan informasi yang dibutuhkan seluruh civitas akademikanya, baik siswa, guru, karyawan, maupun wali murid. Jika perpustakaan sudah bisa memenuhi hal tersebut,  perpustakaan akan dirasakan sekali manfaatnya.
Sekolah akan pincang tanpa perpustakaan. Sekolah akan berjalan sendiri dalam mendidik siswanya. Setelah jam pelajaran selesai, siswa pulang dengan ilmu yang ia ingat saja. Sedang perpustakaan sekolah menyediakan sarana belajar sampai setelah jam pelajaran habis, yang membantu siswa mengeksplorasi sendiri materi yang diajarkan di kelas.
Pendidikan yang hanya melaksanakan pembelajaran di kelas saja akan sangat jauh berbeda dengan pendidikan yang mengeksplorasi imajinasi siswanya dengan melihat dunia luar. Bukan dengan bepergian, melainkan cukup dengan membaca buku, dan tentu buku yang terdapat di perpustakaan.

Perpustakaan Perangi Plagiarisme


Tugas kuliah merupakan salah satu komponen yang termasuk dalam kriteria penilaian yang nantinya akan dikomulatifkan sehingga menjadi nilai utuh. Selain itu tugas juga bisa dijadikan sebagai tolak ukur sejauh mana mahasiswa memahami materi yang diberikan dosen di kelas. Jangka pengumpulan tugas pun sangat bervariasi ada berskala harian, mingguan, bulanan, dan lainnya. Dengan konsekwensi tidak boleh telat dalam mengumpulkannya. Hal itulah yang dijadikan motivasi oleh para mahasiswa untuk mengerjakan tugas mereka dengan sebaik dan secepat mungkin. Dimungkinkan dalam satu waktu ada beberapa tugas yang harus dikumpulkan. Maka kecepatan dalam mengerjakan tugas sangatlah penting.
Beralaskan dikejar deadline tak jarang tugas seperti makalah, papper, essai dan lainnya hanya hasil jiplakan dari internet semata. Informasi yang sangat melimpah di internet secara sekilas memang sangat memudahkan mahasiswa dalam mengerjakan tugas. Semua bisa diakali dengan teknologi, teknologi yang dibuat untuk memudahkan seyogianya digunakan sebagaimana fungsinya agar menjadi manfaat yang benar-benar bermanfaat. Internet muncul dan memberi perubahan besar pada masyrakat, terutama pada bidang pendidikan. Mulai dari mencari materi belajar, contoh soal, mengerjakan tugas dan lain-lain dapat dikerjakan menggunakan internet, hanya dengan menuliskan dan mencarinya pada search engine semua bisa ditemukan.
Beralih dari keunggulan internet, informasi yang terdapat di internet begitu melimpah, dan informasi tersebut tidak kita butuhkan semua, sehingga dalam penelusurannya diperlukan ketrampilan khusus. Meskipun kemudahan dalam menjiplak di internet, namun kevalidan informasinya perlu dipertanyakan, terlebih informasi yang terdapat pada weblog. Tentang siapa orang yang menulisnya, latar belakang pendidikan penulisnya, seberapa pengaruh penulis tersebut dalam disiplin keilmuan tersebut, apakah ia merupakan orang yang ahli di bidang tersebut, dan masih banyak lagi yang harus dipertanyakan untuk membuktikan kebenaran informasi saat kita hanya menjiplak di internet.

Jangan Sepelekan Pendidikan Karakter



Dewasa ini banyak sekali pengangguran dimana-mana. Tidak sedikit di antaranya adalah sarjana atau lulusan universitas terkemuka yang mempunyai IPK (Indeks Prestasi Komulatif) tinggi di masa kuliahnya. Ketika tes tertulis pun mereka lolos dengan mudah. Lalu apa sebenarnya yang membuat banyak orang pandai tersebut gagal?
Tidak semua orang memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik terhadap orang lain. Kebanyakan orang bisa melewati tes tertulis dengan mudah, namun terpaksa harus berhenti sampai di tes wawancara. Karena tak menunjukkan karakter yang baik. Ternyata yang dibutuhkan dalam dunia kerja tak cukup hanya keterampilan dan kepandaian saja. Tetapi juga kemampuan berinteraksi sosial.
Bayangkan saja. Seorang yang pandai bisa mengerjakan segalanya dengan cepat, namun mereka susah untuk bekerjasama. Orang yang demikian lebih mirip dengan robot tentunya. Di era persaingan global menjalin kerjasama sangatlah perlu, karena dengan banyak relasi maka akan semakin memudahkan mengembangkan bisnis dan usaha kita.
Memang perlu pengetahuan teori yang bagus dalam mengerjakan sesuatu. Namun materi yang diajarkan di perkuliahan seringkali berbanding terbalik dengan keadaan yang sebenarnya di dunia kerja. Sehingga kerjasama untuk menyelesaikan masalah menjadi sebuah keharusan. dan orang yang tak bisa bekerjasama akan selalu terbebani oleh pekerjaanya sendiri, stress, bahkan barangkali dikucilkan.
Pun begitu ketika menduduki jabatan sebagai pemimpin. Harus mampu mengkondisikan rekan dan bawahannya agar atmosfer kerjanya nyaman. Pemimpin yang baik tentunya tidak nglokro dan tidak otoriter juga. Tetapi bisa berkomunikasi berjejak pendapat dengan yang lain, sehingga akan tercipta suasana yang hangat, dan tentu pekerjaan terselesaikan dengan baik.
Pada akhirnya, pendidikan karakter memang tidak bisa disepelekan begitu saja. Interaksi sosial sangat diperlukan untuk membangun kerjasama, baik terhadap sesama rekan, atasan, atau bawahan. Hal tersebut membuktikan pentingnya pendidikan karakter sejak sedini mungkin. Manusia sebagai mahkluk sosial yang tak akan mampu hidup sendiri, maka dibutuhkan kerjasama antara satu sama lain.


Ditulis oleh Thoriq Tri Prabowo (Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). 

Fleksibel Lebih Aman


Meneruskan pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi  di era ini seakan menjadi sebuah keharusan. Dengan ekspektasi untuk mendapatkan pekerjaan dari ilmu dan pengetahuan yang didapat di perkuliahan. Lihat saja, di sekitar kita terjadi banyak peningkatan. Dari tidak ada sama sekali yang mengenyam bangku kuliah, sampai sekarang menjadi menjamur seperti ini. Itu berarti akan ada lebih banyak lulusan perguruan tinggi kelak, dan persaingan pun semakin ketat.
Mahasiswa biasanya memiliki idealisme yang kuat, namun idealisme yang kuat seyogianya dibarengi dengan rasionalisme yang kuat juga. Karena kuliah bukan semata-mata hanya demi bidang yang disukai atau sekedar hobi saja. Tetapi kuliah adalah strategi untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Tentu kita tidak mau mengorbankan masa depan kita hanya demi sebuah kesenangan atau hobi kita yang sekarang saja.
Ketika bidang pendidikan yang kita tekuni semakin banyak diminati, tentu kita tahu bahwa kita berhadapan dengan yang lebih banyak orang. Faktanya lapangan pekerjaan pun semakin menyempit. Jika kondisinya seperti itu apakan kita akan tetap bertahan di bidang kita dengan idealisme kita? Ya, memang semua itu tergantung terhadap kemampuan masing-masing individu. Tetapi adakalanya kita harus realistis dalam menyikapi keadaan.

Bukan Jaminan Tetapi Keuntungan


Mahasiswa di ambang wisuda, begitulah sebuatn bagi mahasiswa yang mendekati masa-masa wisudanya karena telah menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi, tesis, ataupun disertasi. Raut bahagia, haru, dan bangga nampak ketika sanak saudara ikut mengiringi dan menyaksikan peristiwa besar itu. Beribu harapan dimulai dari masa itu, wisuda menjadi satu langkah kecil untuk mewujudkannya.
Lulus tepat waktu atau bahkan lebih cepat dari biasanya, apakah menjadi jaminan bahwa akan mendapatkan pekerjaan lebih cepat juga?. Begitu biasanya pertanyaan yang muncul setelah gelar sarjana di tangan. Memang berat rasanya jika gelar yang susah payah didapat namun belum menghasilkan apa-apa.
Sanksi sosial yang terdapat di masyarakat seperti menjadi beban. Seringkali terjadi, sarjana dibanding-bandingkan dengan orang yang tidak mengenyam pendidikan dari segi materi yang mereka peroleh. Tetapi memang begitu faktanya, lapangan pekerjaan di negeri ini diperebutkan dengan berbagai cara. Dan terkadang sarjana bukan menjadi jaminan akan memenangkan perebutan itu.
Pilihan yang berat memang, tetapi sebenarnya mau tidak mau mahasiswa memang harus lulus dan membawa pulang gelar sarjananya. Karena memang tujuan awal mahasiswa kuliah adalah untuk memeperoleh gelar itu selain memeperolah ilmu. Bayangkan saja orang tua yang susah payah membiayai kita, bukankah mereka menaruh harapan besar pada kita?.
Hanya dengan informasi gelar sarjana kita tidak akan berakhir sia-sia. Oleh karena itu menjadi seorang yang sadar informasi sangatlah penting. Entah informasi yang terdapat di media massa, web/blog kantor-kantor pemerintahan, perpustakaan dan lainnya. Dengan lulus tepat waktu kita meminimalisir persaingan dan itu berarti menyicil sedikit kemenangan.

Kamis, 11 Oktober 2012

Murah VS Mutu

Pentingnya pendidikan untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, yang tentunya untuk mensejahterakan masyarakat. Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 yang mengamanatkan perihal sistem pendidikan nasional bagi seluruh masyarakat Indonesia. Undang-Undang tersebut juga menjelaskan bahwa wajb belajar merupakan tanggung jawab Negara melalui lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat.
Pemerintah dan pemerintah daerah juga harus menjamin mutu dari pendidikan gratis tersebut. Namun ketentuan UU yang berpihak kepada kepentingan rakyat itu belum mampu sepenuhnya direalisasikan. Banyak sekolah yang membebaskan seluruh biaya pendidikan siswanya, tetapi tidak sedikit pula yang masih memungut sumbangan dalam berbagai bentuk.
Sebagian masyarakat menganggap bahwa sekolah murah tetapi bermutu hanyalah sebuah retorika semata. Mungkinkah retorika itu terjadi?. Ya. Mungkin terjadi, meski kemungkinan sangat kecil. Dengan pemanfaatan BOS sebagai penopang seluruh biaya operasional sekolah, seperti pembelian buku pelajaran untuk para siswa. Dengan pembelian buku pelajaran seperti itu setidaknya tidak membebani siswa untuk mengeluarkan uang lebih guna membeli buku.

Selasa, 09 Oktober 2012

Mengisi Liburan dengan Magang Kerja

Oleh: Thoriq Tri Prabowo
Berakhirnya Ujian Akhir Semester genap berarti awalan liburan panjang bagi mahasiswa. Universitas akan disibukkan dengan penerimaan mahasiswa baru dan urusan administratif mahasiswa. Terlebih jika liburan tersebut mendekati atau bertepatan dengan bulan puasa, hal itu akan mengulur waktu liburan. Tak jarang 3 bulan penuh mahasiswa tak berjumpa dengan kampus.
Sudah banyak rencana dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum liburan. Obyek-obyek wisata pun masuk ke daftar kunjungan mereka. Meskipun ada beberapa yang mengisi liburannya untuk bekerja. Baik bekerja di rumah membantu orang tua, atau bekerja diluar untuk mencari uang tambahan. Penulis kira tak ada masalah. Sayang sekali jika liburan hanya digunakan untuk bermain saja.
Buku kuliah mulai tak tersentuh, dan otomatis ilmu perkuliahan mulai menumpul oleh kesibukan-kesibukan liburan. Alhasil ketika masuk kuliah lagi, mahasiswa harus mulai dari nol untuk mengingat-ingat semuanya. Memang tak dapat dipungkiri, belajar merupakan suatu hal yang sangat berat jika dilakukan pada masa-masa liburan. Namun jika ada niat, tentu itu akan menjadi sangat ringan untuk dilakukan. Paling tidak dengan menyiasatinya, agar kita tidak mudah bosan untuk belajar.

Senin, 08 Oktober 2012

Meneladani Ki Hajar Dewantara

Bagi bangsa yang ingin maju dan unggul dalam persaingan global, pendidikan merupakan kunci utamanya. Pendidikan adalah tugas negara yang paling penting dan sangat strategis. Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan prasyarat dasar bagi terbentuknya peradaban yang baik. Sebaliknya sumberdaya manusia yang buruk, akan secara pasti melahirkan masyarakat yang buruk pula. Untuk memperoleh sumberdaya manusia yang baik tidak bisa lahir begitu saja, namun perlu dilakukan pendidikan sejak sedini mungkin. Baik pendidikan formal maupun non formal. Sekolah adalah salah satu tempat untuk memperolehnya. Disinilah peran guru dalam mencetak kaum-kaum intelektual. Guru seyogianya meneladani tokoh pendidikan bangsa Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara.
Tanggal 2 Mei yang merupakan hari kelahiran Ki Hajar Dewantara yang kini diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Beliau dikenal sebagai bapak pendidikan nasional karena kontribusinya semasa hidupnya sangat besar terhadap pendidikan di Indonesia. Dengan sebuah ajarannya yang sangat termasyur yaitu tut wuri handayani yang berarti dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan.  ing madya mangun karsa berarti di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dan ing ngarsa sung tulada berarti di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik.

Sabtu, 06 Oktober 2012

Lulus SMA. Mau Kemana Ya?

Oleh: Thoriq Tri Prabowo      
Hari pengumuman ujian akhir yang mendebarkan itu akhirnya berlalu. Huru-hara, konvoi, coret-coretan, dan ritual khas pesta kelulusan pun sudah berakhir. Sudah saatnya memikirkan agenda berikutnya, apa yang harus dilakukan pasca lulus ujian. Tertutama siswa-siswi lulusan SMA yang sudah tak bisa dikatakan anak-anak lagi.
Ada beberapa rencana yang mungkin sudah dipersiapkan bagi siswa-siswi yang dinyatakan lulus menempuh ujian akhir. Sebagian melanjutkan studi ke perguruan tinggi yang mereka idam-idamkan, dan ada sebagian yang memilih bekerja, karena alasan ekonomi atau lainnya. Dan apapun agendanya sudah harus dipersiapkan mulai sekarang juga.
Pendaftaran siswa atau mahasiswa baru sudah banyak dibuka dan sangat ramai dibicarakan, bahkan jauh-jauh hari sebelum kelulusan diumumkan. Tidak ada salahnya mulai mempersiapkan tetek bengeknya mulai dari sekarang. Karena semakin lama, sebelum masa penutupan datang, pendaftar akan semakin membanjiri perguruan tinggi yang mereka incar.

Jumat, 05 Oktober 2012

Facebookan Ala Mahasiswa

Dewasa ini masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan Facebook. Facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial dan situs web yang diluncurkan pada Februari 2004 yang dioperasikan dan dimiliki oleh Facebook, Inc. Pada Januari 2011, Facebook memiliki lebih dari 600 juta pengguna aktif. Pengguna dapat membuat profil pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman dan bertukar pesan, termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya. Selain itu, pengguna dapat bergabung dengan grup pengguna yang memiliki tujuan tertentu, diurutkan berdasarkan tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi, atau karakteristik lainnya. Nama layanan ini berasal dari nama buku yang diberikan kepada mahasiswa pada tahun akademik pertama oleh administrasi universitas di Amerika Serikat dengan tujuan membantu mahasiswa mengenal satu sama lain. Facebook memungkinkan setiap orang berusia minimal 13 tahun menjadi pengguna terdaftar di situs ini.
Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg bersama teman sekamarnya dan sesama mahasiswa ilmu komputer Eduardo Saverin, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes. Keanggotaan situs web ini awalnya terbatas untuk mahasiswa Harvard saja, kemudian diperluas ke perguruan lain di Boston, Ivy League, dan Universitas Stanford. Situs ini secara perlahan membuka diri kepada mahasiswa di universitas lain sebelum dibuka untuk siswa sekolah menengah atas, dan akhirnya untuk setiap orang yang berusia minimal 13 tahun (Wikipedia).

Kamis, 04 Oktober 2012

EURO Vs Semangat Belajar

Pesta sepak bola terbesar di Benua Eropa itu akhirnya datang juga. Semaraknya pun sampai ke Indonesia. Masyarakat Indonesia yang sangat antusias terhadap sepak bola menyikapi datangnya liga ini sebagai pesta besar yang tak mau mereka lewatkan begitu saja. Tak jarang mereka mau merogoh kocek dalam-dalam hanya sekadar untuk nonbar (nonton bareng) di kafe, bar, dan tempat lain yang menyelenggarakan acara nonton bareng.
Begitu hebohnya masyarakat terhadap EURO. Tak terkecuali anak-anak sekolah, mulai dari SD sampai mahasiswa semuanya menantikan kedatangannya. Mereka juga turut serta tak mau kalah menyaksikan pesta sepak bola di benua biru itu. Mereka rela waktu istirahat mereka disita hanya demi menonton tim jagoannya berlaga. Ironisnya minat terhadap sepak bola itu tak berbanding lurus dengan minat belajar yang justru tugas utama para pelajar.
Perpustakaan yang disediakan di sekolah atau kampus bertujuan sebagai fasilitas belajar yang bisa dikatakan gratis, sangat jarang dikunjungi. Hal itu berbanding terbalik dengan kafe-kafe yang menyelenggarakan acara nonton bareng pertandingan sepak bola. Tempat itu dibanjiri oleh banyak orang yang tak jarang adalah pelajar, dan mereka datang tentunya dengan membayar. Ironis bukan?.

Rabu, 03 Oktober 2012

Dongkrak Intelejensi Balita dengan Mendongeng

Sering kali kita heran ketika mendengar balita menyebut benda yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana mereka mengetahuinya? Ya, tepat sekali. Semakin sering balita dibacakan cerita, tentu semakin luas wawasan si balita tersebut.
Bayangkan saja ketika kita kanak-kanak dulu, dongeng sebelum tidur adalah sesuatu hal yang sangat ditunggu-tunggu. Tanpa kita sadari bahwa pembacaan dongeng bisa meningkatkan intelejensi balita. Sejumlah penelitan mengemukakan bahwa perkembangan bahasa dan bahkan intelejensi tergantung pada banyak atau luasnya perkembangan kosa kata anak. Dan kosa kata akan banyak berkembang melalui cerita yang sering kita bacakan itu.
Ketika anak menginjak usia 1 – 2 tahun, mereka mulai menyadari bahwa kata-kata yang kita bacakan merupakan bagian dari cerita. Ini berarti semakin sering kita bercerita, maka akan semakin bertambah juga kosa kata anak. Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya yang berjudul Developmental Psychology: A Life-Span Aprroach menyebutkan bahwa mendengarkan cerita merupakan kegiatan bermain yang memiliki sifat menghibur bagi balita. Karena melalui kegiatan itu anak akan merasa senang, mereka juga akan mengenal banyak obyek dan konsep tertentu yang terdapat dalam buku cerita, seperti warna, waktu, bilangan dan lainnya.

Selasa, 02 Oktober 2012

Belajar Bahasa Asing? Why Not?

Keterampilan lebih dari satu bidang menjadi tuntutan yang tidak bisa dihindari di era ini. Bagaimana tidak, perusahaan akan diuntungkan dengan mempekerjakan orang yang terampil. Karena dengan membayar seorang karyawan terampil, banyak pekerjaan yang bisa terselesaikan. Dan kesempatan untuk orang yang biasa-biasa saja akan semakin sempit.
Salah satu keterampilan yang dipertanyakan ketika melamar pekerjaan adalah keterampilan berbahasa asing. Terutama bahasa Inggris. Disitulah seleksi alam akan diuji kebenarannya. Banyak sekali para sarjana, bahkan lulusan S2 yang tak mampu menguasai bahasa inggris dengan baik. Alhasil kesempatan kerja mereka dirampas orang lain.
Ya, benar. Menyesal pastilah di kemudian hari. Ketika duduk di bangku sekolah atau kuliah, banyak yang menyepelekan pentingnya menguasai bahasa asing. Banyak tempat kursus bahasa asing dibanjiri oleh para sarjana, dan para pencari kerja yang membutuhkan sertifikat dan keahlian berbahasa asing. Mereka tak segan merogoh kocek dalam-dalam untuk mendapatkannya.