Kamis, 04 Oktober 2012

EURO Vs Semangat Belajar

Pesta sepak bola terbesar di Benua Eropa itu akhirnya datang juga. Semaraknya pun sampai ke Indonesia. Masyarakat Indonesia yang sangat antusias terhadap sepak bola menyikapi datangnya liga ini sebagai pesta besar yang tak mau mereka lewatkan begitu saja. Tak jarang mereka mau merogoh kocek dalam-dalam hanya sekadar untuk nonbar (nonton bareng) di kafe, bar, dan tempat lain yang menyelenggarakan acara nonton bareng.
Begitu hebohnya masyarakat terhadap EURO. Tak terkecuali anak-anak sekolah, mulai dari SD sampai mahasiswa semuanya menantikan kedatangannya. Mereka juga turut serta tak mau kalah menyaksikan pesta sepak bola di benua biru itu. Mereka rela waktu istirahat mereka disita hanya demi menonton tim jagoannya berlaga. Ironisnya minat terhadap sepak bola itu tak berbanding lurus dengan minat belajar yang justru tugas utama para pelajar.
Perpustakaan yang disediakan di sekolah atau kampus bertujuan sebagai fasilitas belajar yang bisa dikatakan gratis, sangat jarang dikunjungi. Hal itu berbanding terbalik dengan kafe-kafe yang menyelenggarakan acara nonton bareng pertandingan sepak bola. Tempat itu dibanjiri oleh banyak orang yang tak jarang adalah pelajar, dan mereka datang tentunya dengan membayar. Ironis bukan?.

Buku pelajaran dikesampingkan, dan hanya dianggap sebagai isi tas belaka. Para pelajar merasa bahwa belajar dan membaca buku bukan merupakan kewajiban utama mereka. Mereka lebih menyesal tim kesayangan mereka kalah bertanding, ketimbang nilai ulangan mereka jeblok. Dan parahnya lagi, terkadang para pelajar tak segan-segan untuk mempertaruhkan banyak uang demi tim jagoan mereka.
Semangat belajar para pelajar semakin menurun saja. Terlebih dengan datangnya EURO yang jam tayang pertandingannya relatif di larut malam. Menonton pertandingan sepak bola mereka agendakan sebagai rutinitas wajib yang tak boleh untuk dilewatkan. Dan mereka mengatas namakan itu sebagai hobi, tanpa memikirkan dampaknya terhadap pendidikan mereka.
Memang, semua itu kembali kepada pribadi masing-masing. Peran orang tua dalam mengawasi kegiatan putra-putrinya juga tak kalah penting. Antusiasme terhadap EURO hendaknya dibarengi dengan semangat belajar yang meningkat juga. Sehingga antara hobi dan pendidikan tetap berjalan seimbang sesuai dengan porsinya. Terlebih diutamakan belajar. Mengingat tugas utama seorang pelajar memanglah hanya untuk belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar